Jakarta | economicnews.id – Purbaya Yudhi Sadewa resmi ditunjuk Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Keuangan RI menggantikan Sri Mulyani Indrawati.

Sosoknya sudah cukup dikenal dikalangan  dunia perbankan dan ekonomi nasional.  Namun penunjukan dirinya menggantikan Sri Mulyani tetap mengejutkan banyak pihak. Latar belakang Purbaya lebih banyak di bidang penelitian dan kebijakan, bukan pengelolaan fiskal secara langsung, hingga menjadi obrolan viral pengamat ekonomi.

Purbaya diketahui kerap tampil dalam forum strategis terkait stabilitas sektor keuangan, terutama ketika pandemi Covid-19 mengguncang perekonomian global. Hal itu tidak lepas dari posisi dan jabatannya sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 2020 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 58/M Tahun 2020.

Sebagai lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), latar belakang akademik Purbaya kemudian dilanjutkan dengan studi di Amerika dan meraih gelar Master of Science serta doktor di bidang Ilmu Ekonomi dari Purdue University, Indiana, Amerika Serikat. Universitas yang dikenal banyak melahirkan ekonom ternama dunia.

Selain pernah menjabat sebagai Chief Economist Danareksa, Direktur Utama Danareksa Securities, dan anggota Dewan Direksi PT Danareksa (Persero), pengalaman karir profesional Purbaya sangat beragam dan mentereng.  Termasuk sejumlah posisi strategis di pemerintahan, diantaranya sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi di Kantor Staf Presiden, hingga Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi di Kemenko Marves.

Tak dipungkiri Purbaya memiliki banyak pengalaman di sektor strategis, meskipun kemampuan langsung dalam mengelola fiskal negara masih harus dibuktikan.

Ekonom senior INDEF, Fadhil Hasan megapresisasi sekaligus mengkritisi penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa usai dilantik Presiden Prabowo menduduki kursi Menkeu.

“Purbaya Sadewa, saya kira dia ekonom yang baik. Paham persoalan. Namun dia belum memiliki pengalaman secara langsung mengelola fiskal dan ekonomi secara keseluruhan. Jadi bisa dikatakan dia bukan pilihan terbaik. Masih ada pilihan yang lebih baik. Misalnya, wamennya Suahasil,” tukasnya.

Dengan latar belakang panjang di bidang ekonomi dan kebijakan publik, Purbaya kini mengemban tugas berat sebagai bendahara negara. Di tengah kondisi fiskal yang kompleks dan tekanan global yang terus berkembang, publik menanti bagaimana pendekatan baru dari sosok ekonom teknokrat ini akan menjawab tantangan di masa transisi pemerintahan.

Kepada wartawan, sosok yang dikenal lugas dan tenang ini mengaku sebelum pelantikan, dirinya tidak mengetahui agenda pastinya. “Kehadiran saya ke Istana setelah ditelepon teman dan Letkol Teddy. Namun tidak diberitahu agenda pastinya. Saya LPS, ya datang aja. Mungkin mau ngomong ekonomi,” ungkap Purbaya.