Jakarta | economicnews.id – BPOM memfasilitasi penyelenggaraan Gebyar ABG Collaboration sebagai bentuk refleksi satu tahun Asta Cita Pemerintah Prabowo–Gibran. Kegiatan yang berlangsung pada 15—16 November 2025 di kantor BPOM ini mempertemukan akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah untuk mempercepat hilirisasi riset serta meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi dan standar produk.
Upaya ini menjadi langkah penting untuk memperkuat kemandirian dan daya saing obat dan makanan Indonesia agar masyarakat dapat menikmati produk yang lebih aman, inovatif, dan berkualitas.
“Pemerintah memberikan perhatian besar pada pengembangan inovasi yang mampu menjadi solusi atas berbagai kondisi saat ini,” ungkap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melalui rekaman video yang ditayangkan saat pembukaan kegiatan, Sabtu (15/11/2025).
Ia menegaskan kolaborasi akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah menjadi kunci lahirnya gagasan baru dan kerja bersama yang mampu memperkuat ketahanan kesehatan nasional.
Kepala BPOM Taruna Ikrar mendukung penuh pesan tersebut. Dalam sambutannya, ia menekankan akademisi dan pelaku usaha merupakan 2 pihak yang saling membutuhkan. Kampus menjadi sumber lahirnya berbagai terobosan.
“Inovasi, pembaruan, sering datang dari kampus. Namun, harus diakui keterbatasan anggaran sering menjadi tantangan. Sementara di sisi lain, industri memiliki sarana dan prasarana, namun, terkendala inovasi,” lanjutnya.
Inilah esensi konsep ABG (Academia, Business, Government), yaitu mempertemukan inovasi kampus dengan kapasitas industri, difasilitasi pemerintah, untuk menghasilkan produk obat dan makanan yang memenuhi persyaratan BPOM dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Persepsi serupa disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Harun Joko Prayitno. Ia menyebutkan konsep ABG sejalan dengan triple helix perguruan tinggi, yang mana riset diarahkan untuk menghasilkan teknologi tepat guna, hilirisasi, dan komersialisasi.
“Sinergi dan kolaborasi akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah diharapkan akan memberikan dampak positif untuk masyarakat,” ujarnya.
Dari pelaku usaha perwakilan Global Age Management Alliance Amerika Serikat Dmytro Baskakov meyatakan komitmenya , bahwa Kolaborasi ABG bukan pilihan, melainkan keharusan. Sehingga laju inovasi yang makin cepat, regulasi yang makin kompleks, dan tingginya tuntutan publik terhadap kesehatan diyakini menuntut kolaborasi yang lebih kuat.
“Sinergi antara arahan pemerintah, keilmuan akademisi, dan implementasi industri akan memperkuat perlindungan kesehatan masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Rangkaian Gebyar ABG hari ini juga dilakukan penandatanganan memorandum of agreement (MoA) antara 37 industri farmasi dari 6 negara dan 20 universitas di Indonesia. Kolaborasi besar ini memperoleh apresiasi dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID). Ketua LEPRID Paulus Pangka menyampaikan penghargaan karena kegiatan ini berhasil mempertemukan para inovator dari kampus dan industri dalam satu momentum kolaboratif.
Selain itu, BPOM juga mengumumkan pemenang Lomba Riset Inovasi Produk Obat dan Makanan 2025. Dari 87 peserta, terpilih 3 inovasi terbaik, yaitu deteksi dini kanker dari Universitas Hasanuddin Makassar, pembawa materi genetik berbahan dasar kedelai dari President University Cikarang, dan produk osteolift dari Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Inovasi-inovasi ini menunjukkan potensi besar untuk dimanfaatkan masyarakat dan dunia industri, terutama dalam pengembangan produk kesehatan masa depan.
Pada momen yang sama, Kepala BPOM meluncurkan 2 buku yang berjudul ‘Sinergi ABG: Kolaborasi Akademisi, Bisnis, dan Pemerintah untuk Membangun Ekonomi Inovatif Indonesia’ dan ‘Setahun Kepemimpinan Presiden Prabowo: Peran Badan POM dalam Mendukung Astacita’. Kegiatan juga diramaikan dengan seminar internasional, diskusi panel, expo produk mahasiswa, business matching & networking, serta games & event, yang semakin membuka peluang kolaborasi.
Melalui Gebyar ABG, BPOM menegaskan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi akademisi, bisnis, dan pemerintah sesuai Asta Cita Pemerintah. Upaya ini menjadi kontribusi nyata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. “Semoga kegiatan ini bermanfaat nyata untuk meningkatkan sinergi ABG dalam mewujudkan obat dan makanan aman, berkualitas, mandiri, dan berdaya saing global,” tutup Taruna Ikrar. (hms))


