Pendiri dan Pembina Hezuo Foundation. Mr. Zhang dan Didi Apriadi

Jakarta | Jelang shoft louncing malam gala dinner di Parkir Timur Senayan, Jakarta, esok, (6/8/25), Yayasan Hezuo gelar pertemuan denga Kementerian Peridustrian RI di Jakarta, Selasa, (5/8/25) siang hari ini.

Zhang Guoming memimpin delegasipengurus teras Yayasan Hezuo dengan pendampingan langsung Staf Khusus Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Ir. H. Didi Apriadi, M.AK, MH.

Wakil Menteri Perindustrian RI, H. Faisol Riza, S.S, M.A dan Kepala Pusat Pengembangan Vokasi Industri (Kapus PPVI) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Peridustrian RI, Wulan Aprilianti Permatasari, S.Kom, M.SI. menerima rombongan delegasi Hazeo di ruang rapat menteri, lantai 5 gedung Kementerian Perindustrian RI.

Dimulai pukul 15:00 WIB rapat berlangsung produktif dan melahirkan sejumlah traktat kesepakatan. Dari pertukaran pelajar-mahasiswa Indonesia dengan China, pendidikan vokasi dan teknik industry, pejajagan kerjasama Sister City hingga potensi R&D dan alih teknologi Industri Strategis transportasi Darat dan Transportasi Udara.

Wakil Menteri Perindustrian RI, H. Faisol Riza, S.S, M.A menyatakan pihak kementerian telah melakukan kerjasama peningkatan kualitas SDM melalui berbagai pedidikan vokasi spesifik dengan beberapa lembaga pendidikan di sejumlah kota di China. Hadirnya Hezuo linear dengan visi misi, tujuan dan kebutuhan Kementerian.

“Tentu kami senang dan terbuka menyambut potensi kerjasama dan kolaborasi terkait apa saja yang bisa kita lakukan bersama sama dengan Yayasan Hezuo untuk tujuan peningkatan kualitas SDM Indonesia. Bahwa kita mengakui dan harus belajar banyak dari kemajuan yang dicapai Tiongkok,’’ ujar Faisol Reza, membuka rapat, Selasa, (5/8/25).

Dari pihak Kepala Pusat PPVI BPSDM Kemenperin RI, Wulan Aprilianti Permatasari, S.Kom, M.SI. menyatakan telah mengirim banyak pelajar setingkat SMK dengan basis pendidikan spesifik dengan metode dua satu.

“Kami telah bekerjasama dengn Tionkok dan mengirim banyak pelajar dengan spesisik tiga bidang keahlian. Otomotif, Mesin Industri dan Teknologi Logistik. Mereka setelah dua tahun menjalani pendidikan teori di Indonesia, kemudian berlanjut satu tahun praktik industry penuh di Tionkok,’’ ujar Wulan Aprilianti.

Zhang Higuo menyampaikan melalui Hezuo terbuka kerjasama pertukaran SDM, melalui pelajar dan mahasiswa dengan keahlian spesifik industry secara mumpuni. Misal kemampuan dibidang pengoperasionalan smelter tambang.

“Pihak kementerian RI bisa mengirim SDM spesifik dibidang industry hight teknologi hingga berkemampuan sama dengan standar tenaga ahli dari Tionkok, untuk kemudian menjadi trainer utama dan mentransfer keahlianya kepada peljar dan mahasiswa di Indonesia,’’ungkap Zhang.

Staf Khusus Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Ir. H. Didi Apriadi, M.AK, MH. Mengemukankan gagasan terobosan feashibel, menguntungkan. Antara pengembangan SDM dengan investasi menjadi satu paket lebih menguntungkan. Melalui metode pengiriman pelajar dan mahasiswa pada lembaga atau industry di Tiongkok yang akan berinvestasi di Indonesia.

“Saya berfikir bagaimana investasi besar Tiongkok di Indonesia harus bias menjadi satu paket dengan penyediaan tenaga ahli dari Indonesia. Melalui pengiriman pelajar dan mahasiswa yang dibutuhkan ke Tiongkok, terlebih dahulu, selama satu atau dua tahun hingga menguasai keahlian sesuai standar kebutuhan investasi industri. Sehingga investasi berdampak langsung pada lapangan kerja kita,’’ papar Didi Apriadi.

Dipenghujung rapat, Wakil Menteri Perindustrian RI, H. Faisol Riza, S.S, M.A menyebut bagaiman peningkatan SDM tidak hanya melalui pengiriman pelajar dan mahasiswa ke Tionkok, tapi juga mendatangkan perangkat mesin atau tool industry ke Indonesia.
“Apakah itu mesin tools industry generasi lama, gak kepakai, karena sudah muncul mesin serie update, terbaru, maka ang lama bisa di datangkan ke Indonesia. Sehingga dengan begitu pelajar dan SDM kita bisa belajar cukup di Indonesia,’’lanjut Pak Wamen.

Faisol juga mempersilahkan pihak Hazeo melakukan komunikasi langsung dengan kepala daerah, terkait Sister City dan transfer Research and Development (R&D) guna penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

“Kami bisa bantu penerbitan surat oleh Kemendagri untuk daerah mana yang membutuhkan. Karena tidak semua daerah atau wilayah memiliki kawasan Industri khusus. Namun untuk R&D standar Tionkok bisa diterapkan di Indonesia, tentu kami juga berharap,’’ tandas Faisal.