Jakarta | economicnews.id – Rangkaian Gebyar Academia, Business, Government (Gebyar ABG) hari kedua pada Minggu (16/11/2025), BPOM menggelar kegiatan Business Matching & Networking. Pada sesi ini panitia menggandeng sejumlah narasumber utama, diantaranya; Chief Executive Officer Ikhasas Group, Puchong, Selangor Darul Ehsan, Malaysia Hishammuddin Zaizi Bin Yang Amat Mulia Tengku Bendahara Azman Shah Al-Haj serta pimpinan industri obat dan makanan, pejabat pimpinan tinggi, dan pakar ahli di lingkungan BPOM.
Kepala BPOM Taruna Ikrar menyebut kolaborasi ABG yang diusung melalui kegiatan ini merupakan strategi menjembatani kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam riset di dunia kampus.
Umumnya, riset di kampus memiliki keterbatasan fasilitas dan finansial dengan kebutuhan akan inovasi dan peningkatan keuntungan yang menjadi misi dari industri.
Hal inilah yang diupayakan untuk dijembatani oleh BPOM agar hasil riset dan inovasi tersebut tidak hanya berhenti di lingkungan kampus, melainkan juga dapat maju ke tahap produksi komersial hingga dapat ikut berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional.
“BPOM menguatkan perannya terhadap perekonomian sebagai upaya berkontribusi mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029. Estimasi kontribusi ekonomi BPOM hingga 6.000 triliun rupiah tiap tahun.” papar Taruna Ikrar mengawali sambutannya, Senin, (17/11/25)
Lebih lanjut, Taruna Ikrar mengatakan, Industri menjadi motor penggerak dalam mengubah hasil riset menjadi produk obat dan makanan yang aman, bermutu, dan berkhasiat/bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya berharap industri aktif mencari peluang kerja sama dan mengalokasikan investasi riset di kampus. Peran industri sangat penting untuk membantu serta memandu kampus dalam pengembangan riset di bidang obat dan makanan yang potensial untuk dihilirisasikan dan dikomersialisasikan,” lanjutnya.
Taruna Ikrar juga menegaskan lembaga yang dinakhodainya siap mendampingi dan memfasilitasi dari hulu hingga hilir supply chain obat dan makanan sesuai dengan kewenangan, tugas, dan fungsinya. Di antaranya, BPOM mengupayakan simplifikasi proses bisnis dan percepatan timeline pendaftaran produk obat dan makanan, termasuk pendaftaran produk inovatif dengan tetap mengedepankan pemenuhan standar keamanan dan mutu sesuai ketentuan.
Selain itu, BPOM berwenang untuk melakukan sertifikasi sarana industri dan memberikan izin edar produk obat dan makanan. Izin edar tersebut akan menjadi bekal bagi industri dalam menjalankan usaha dan mendapat keuntungan mulai dari jutaan bahkan hingga triliunan rupiah.
Oleh karena itu, melalui forum business matching & networking ini, BPOM mengimbau dan mengajak para mitra strategis, baik dalam dan luar negeri, untuk berkolaborasi melakukan hilirisasi hasil riset.
Kolaborasi tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan basis industri baru untuk kemandirian bangsa, serta peningkatan daya saing global di bidang obat dan makanan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hishammuddin Zaizi dari Malaysia, menanggapai pelaksanaan Gebyar ABG dirinya berharap terjadi perubahan lebih baik.
“Melalui forum ini, kita mendapat pencerahan supaya kita dapat memahami seluk beluk dalam bidang business. Sesiapa yang ingin masuk [berinvestasi] di Malaysia ada badan-badan berkenaan, mengenai kesehatan. This is very big business,” ujarnya.
Kepala BPOM optimistis bahwa hilirisasi riset perlu didukung secara berkelanjutan. Proses ini diharapkan dapat menggapai tujuan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, dengan Indonesia yang bertransformasi menjadi negara maju berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gebyar ABG hari ke-2 hari ini tidak hanya menghadirkan kegiatan untuk kalangan professional, tapi juga menghadirkan serangkaian kegiatan. Meliputi senam jantung sehat, dan rangkaian acara tradisional yang diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan BPOM beserta peserta yang hadir serta pemberian Vaksin Hepatitis A secara gratis bagi 65 peserta yang hadir di BPOM.


